- Keadaan Umum
- Isi: jenis kelamin, usia, rawat diri
- Penting untuk menentukan dan memperkirakan prognosis pasien
- Contoh: tampak seorang laki-laki sesuai usia, dengan rawat diri cukup.
- Kesadaran
- Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan menggunakannya secara efektif dalam mempengaruhi hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
- Somnolen: terkantuk-kantuk
- Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli.
- Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap stimuli.
- Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.
- Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan sikap
- Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita menjadi tidak dapat diam.
- Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya terjadi pada epilepsi.
- Orientasi
- Isi: orientasi orang, waktu, tempat, dan situasi
- Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk menilai orientasi pasien, misalnya:
ü Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w) Datang sama siapa?(O-o) Kenapa dibawa ke sini?(insight) Waktu dibawa ke sini, mbak baru apa, dimana?(o-t,s)
ü Mbak tadi malam bisa tidur? Bangun jam berapa?(O-w) Yang nunggu mbak tadi malam siapa?(O-o) Tadi mbak sudah jalan-jalan ke mana saja?(O-t)
- Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)
- Sikap, Tingkah Laku
- Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif), psikomotor (jika ada)
- Bentuk kelainan psikomotor yang dapat diamati:
- Echopraxia: menirukan gerakan orang lain
- Katatonia
ü Katalepsi: pasien tidak bergerak dan cenderung mempertahankan posisi tertentu.
ü Fleksibilitas serea: gerakan yang diberikan oleh pemeriksa secara perlahan, dan kemudian dipertahankan oleh pasien.
ü Negativisme: gerakan menentang/tidak mematuhi perintah.
- Katapleksi: tonus otot menghilang sementara dikarenakan emosi
- Stereotipi: aktivitas fisik atau bicara yang diulang-ulang
- Manerisme: gerakan involunter yang stereotipik
- Otomatis perintah: mengikuti perintah secara otomatis
- Mutisme: tak bersuara
- Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik, disertai afek marah/benci.
- Afek
- Afek: emosi yang diekspresikan oleh pasien, sehingga penilaiannya obyektif (dapat diamati oleh pemeriksa)
- Afek dapat dinyatakan dalam beberapa cara:
- Jenis emosi : kemarahan, kesedihan, euphoria (peningkatan ekspresi kegembiraan), elasi (euphoria dengan peningkatan aktivitas psikomotor), eksaltasi (elasi yang disertai waham kebesaran), ekstase (agresi).
- Intensitas dan derajat emosi: datar, tumpul, sempit, luas.
ü Datar: tidak terdapat ekspresi
ü Tumpul: ekspresi yang tampak sangat sedikit (hamper tidak terdapat ekspresi)
ü Sempit/menyempit: pasien terkadang masih dapat mengekspresikan perasaannya.
ü Luas: perasaan dapat diekspresikan secara penuh (normal)
- Keserasian: dilihat dari kesesuaian antara stimulus yang diberikan dengan ekspresi pasien: appropriate, inappropriate.
- Konsistensi perasaan: labil, stabil. Labil bila terjadi perubahan afek yang cepat.
- Mood
- Isi: sedih, takut, bahagia, marah, cemas, irritable, disforik.
- Mood: emosi yang berkepanjangan yang dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien.
- Mood disforik: apabila dirasakan oleh penderita tidak menyenangkan, misalnya irritable, marah, atau depresi.
- Proses Pikir
- Dibedakan menjadi bentuk pikir, isi pikir, dan progress pikir.
- Gangguan bentuk pikir:
1) Nonrealistik/derealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin, misal: “saya adalah seorang presiden” atau seorang dokter berkata, “saya dapat menyembuhkan semua orang yang sakit”
2) Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih didasarkan pada khayalan, misal: “saya adalah seorang malaikat” atau “saya dapat menyembuhkan segala macam penyakit”
3) Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pad aide yang idesentris. Orang autistic selalu hidup dalam alam/dunianya sendiri, dan secara emosional terlepas dari orang lain.
4) Tidak logis (illogical thought), sering juga disebut magical thought: berorientasi pada hal-hal yang bersifat magis.
5) Pikiran konkrit (formal thought disorder): pikiran terbatas pada satu dimensi arti, pasien mengartikan kata/kalimat apa adanya, tidak mampu berpikir secara metaforik atau hipotetik. Symptom ini biasa ditemukan pada pasien dengan gangguan mental organic dan skizofrenia. Contoh: meja hijau = meja yang berwarna hijau, daun muda = daun yang masih muda.
- Gangguan isi pikir:
1) Ideas of reference: pasien selalu berprasangka bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya dan kejadian-kejadian yang alamiah pun memberi arti khusus/berhubungan dengan dirinya. Contoh: pasien merasa bahwa berita yang dibawakan oleh pembawa berita di televise berkaitan dengannya dan terselip pesan untuknya.
2) Waham: keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus dari luar yang cukup
ü Ciri:
– Tidak realistic
– Tidak logis
– Menetap
– Egosentris
– Diyakini kebenarannya oleh penderita
– Tidak dapat dikoreksi
– Dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata
– Penderita hidup dalam wahamnya itu
– Keadaan/hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosio-kultural setempat.
ü Macamnya:
– Waham kebesaran
– Waham diancam
– Waham cemburu
– Waham curiga
– Waham bersalah
– Waham berdosa (biasanya pasien tampak selalu murung)
– Waham tak berguna (sering kali memicu keinginan pasien untuk bunuh diri)
– Waham miskin
– Waham hipokondria (pasien merasa di dalam tubuhnya ada sesuatu benda yang harus dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya)
– Waham kejar
– Waham bizarre, meliputi:
- Waham sedot pikir (thought of withdrawal): pasien percaya bahwa seeseorang telah mengambil keluar pikirannya
- Waham sisip piker (thought of insertion): pasien percaya bahwa seseorang telah menyesipkan pikiran ke kepalanya
- Waham siar piker (thought of broadcasting): pasien percaya bahwa orang lain dapat mengetahui/membaca pikirannya
- Waham kendali piker (thought of being controlled): pasien percaya bahwa apa yang dirasakan/dilakukannya dipengaruhi/dikendalikan oleh orang lain.
3) Obsesi: gagasan (ide), bayangan, atau impuls yang berulang dan persisten.
4) Kompulsi: perilaku/perbuatan berulang yang bersifat stereotipik, biasanya menyertai obsesi.
5) Fobia: ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktifitas, atau situasi spesifik yang menimbulkan keinginan yang mendesak untuk menghindarinya.
6) Anosognosis: pasien menolak kenyataan bahwa ia mengalami gangguan fisik, hal ini terjadi pada pasien yang mengalami luka/trauma dan kerusakan otak yang luas. Contoh: penderita buta mengatakan bahwa ia dapat melihat.
- Gangguan progress/arus pikir
1) Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita, sering terdapat pada pasien skizofrenia. Neologisme dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering merupakan kata yang diulang.
2) Word salad: bentuk ekstrim neologisme yang ditandai dengan kalimat yang dibentuk dari kata-kata yang hamper semuanya tidak dapat dimengerti.
3) Magical thinking: pasien percaya bahwa segala tingkah laku, ucapan, sikap, serta gerak-geriknya dikendalikan oleh kekuatan magis. Symptom ini menonjol pada pasien dengan obsesif kompulsif dan secara ekstrim terdapat pada skizofrenia.
4) Intelektualisasi: pembicaraan yang meloncat-loncat kea rah konsep intelektual, tentang teori yang abstrak dan filosofis. Sering dijumpai pada pasien obsesif kompulsif dan skizofrenia.
5) Circumstantiality: gangguan asosiasi karena terlalu banyak ide yang disampaikan. Pada umumnya pasien dapat mencapai tujuannya, tetapi harus secara bertahap. Sering dijumpai pada pasien skizofrenia, epilepsy, dan demensia senilis.
6) Tangential thinking: pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan tidak pernah tercapai. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manic.
7) Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan, namun masih dapat dimengerti.
8) Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi tatabahasa/susunan kalimat dengan arti istilah yang aneh. Secara khas terdapat pada skizofrenia.
9) Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topic ke topic lain tanpa terputus, dimana masih terdapat benang merah (masih terkait, walau sangat kecil kaitannya).
10) Stereotypi kata/kalimat: pengulangan kata/kalimat karena adanya pengulangan buah pikiran. Bila terjadi pengulangan kata = verbigerasi, pengulangan kalimat = perseverasi. Terdapat pada skizofrenia dan GMO.
11) Logore: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti.
12) Echolalia: menirukan kata-kata/kalimat orang lain, cenderung berulang-ulang dan persisten.
13) Remming: pasien berbicara dengan sangat lambat dan biasanya dengan nada yang rendah, karena pikirannya timbul perlahan sehingga progresi piker menjadi lambat. Biasanya terdapat pada pasien dengan depresi.
14) Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada skizofrenia.
15) Mutisme: pasien tidak member respon terhadap lingkungan, tidak mau berbicara sama sekali. Sering ditemukan pada skizofrenia kataton, depresi berat, histerical aphonia, dan GMO.
16) Aphasia: gangguan berbicara/berbahasa karena kerusakakn otak.
- Persepsi
- Isi: agnosia, halusinasi, ilusi
- Agnosia: ketidakmampuan mengenal dan menafsirkan rangsangan sensorik — agnosia visual, taktil, sensorik.
- Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)
- Halusinasi dengar (akustik, auditori)
- Halusinasi visual à harus dalam keadaan mata penderita terbuka. Biasanya merupakan petunjuk adanya gangguan mental organic.
- Halusinasi bau/olfaktori
- Halusinasi pengecapan/gustatory
- Halusinasi seksual
- Heautoscopie: halusinasi visual khusus, pasien melihat orang yang mirip dirinya berada di depannya atau mendekatinya. Bila dapat dikoreksi, maka disebut pseudo halusinasi.
- Halusinasi kinaestesi (phantom phenomenon): persepsi palsu pada pasien setelah mengalami operasi besar. Contoh: pasien post amputasi kaki berkata bahwa kakinya masih utuh.
- Ilusi: mispersepsi/misinterpretasi terhadap stimulus sensorik yang real. (ada objek nyata)
- Hubungan Jiwa
- Isi: mudah, dapat, atau sukar.
- Mudah: pasien mudah bercerita (member informasi) dan mengungkapkan perasaannya kepada pemeriksa. (mudah diajak berkomunikasi)
- Dapat: pasien dapat memberikan sedikit informasi kepada pemeriksa.
- Sukar: pasien sukar diajak berbicara, tidak mau memberikan informasi/berkomunikasi dengan pemeriksa.
- Perhatian
- Isi: mudah/sukar ditarik, mudah/sukar dicantum
- Mudah ditarik: pasien mudah untuk ditarik perhatiannya dan menjawab pertanyaan pemeriksa.
- Mudah dicantum: pasien dapat memusatkan perhatian pada topic tertentu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan topic pembicaraan pemeriksa.
- Insight (tilikan diri)
- Isi: baik/jelek
- Yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas sekitarnya. (pemahaman pasien terhadap penyakitnya)
- Derajat insight:
- Penyangkalan total terhadap penyakitnya
- Ambivalensi terhadap penyakitnya
- Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
- Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak memahami penyebab sakitnya
- Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
- Tilikan yang sehat, yakni sadar sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
Originally posted 2016-10-24 06:54:53.