Pengobatan pada Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme
Posted on: 17 Juni 2023, by : admin

A.    Hipotiroidisme

 I. Pengganti Hormon Tiroid

Dalam pengobatan hipotiroidisme, senyawa tiroksin dan triiodotironin yang dipakai adalah isomer L(Levo). Isomer ini digunakan karena memiliki aktifitas yang jauh lebih tinggi daripada isomer dextro.1

Tiroksin diabsorbsi paling baik di duodenum dan ileum. Akan tetapi tingkat absorpsinya dipengaruhi oleh keasaman lambung, flora saluran cerna, makanan, dan obat lainnya. Absorpsi melalui jalur oral T3 sekitar 95%, sedangkan Levotiroksin 80%1. Absorpsi  Levotiroksin dihambat oleh sukralfat, resin kolestiramin, Fe, kalsium, dan Al(OH)3.2  Absorpsi T3 dan T4 sangat menurun di ileus pada pasien yang mengalami myxedema, oleh karena itu jalur parenteral digunakan.  Jalur parenteral yang digunakan adalah intravena.1

Waktu paruh T3 dan T4 menurun pada pasien hipotiroidisme bila dibandingkan pada orang normal. Eksresi bilier dapat meningkat oleh obat yang menginduksi enzim sitokrom, misalnya rifampin, phenobarbital, carbamazepine, phenytoin, imatinib, protease inhibitors, sehingga meningkatkan eksresi melalui empedu1,2.

Mekanisme kerja pengganti hormone tiroid sama dengan hormone tiroid yang disintesis secara alamiah dari kelenjar tiroid. Jaringan memiliki jumlah reseptor tiroid yang tidak sama, oleh karena itu jaringan tubuh dapat dibagi menjadi yang sensitif(hipofisis, hati, jantung, otot rangka, usus, dan ginjal)  dan yang tidak sensitif(limpa, testis) terhadap tiroid.1

Preparat pilihan untuk pengganti hormone tiroid adalah levotiroksin. Levotiroksin memiliki waktu paruh yang panjang(7 hari), lebih stabil, tidak menimbulkan alergi, murah, dan konsentrasinya dalam plasma mudah diukur. 1 Pemakaian Levotiroksin sekali sehari 100 mikrogram. Alasan lain pemakaian Levotiroksin sebagai obat pilihan adalah kelebihan T4 dapat diubah menjadi T3.

Liotironin(T3) memiliki efek yang lebih poten daripada  levotiroksin. Namun liotironin jarang dipakai karena waktu paruhnya yang singkat(24 jam), lebih mahal, dan sulit untuk memonitor kadarnya dalam plasma.1

II.Pengobatan komplikasi dan gejala  serta hipotiroidisme kasus khusus

Pada pasien yang mengalami miksedema dan penyakit jantung koroner, pemberian hormone tiroid dapat berbahaya karena meningkatkan aktifitas jantung . Pada kasus ini harus menyembuhkan penyakit jantung koroner lebih dahulu baru mengobati miksedema.

Kasus gawat darurat hipotirodisme adalah koma miksedema.1 Faktor predisposisinya adalah infeksi paru, penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung kongestif.2 Pada kasus ini diberikan levotiroksin melalui intravena sebanyak 300-400 mikrogram, yang dilanjutkan dengan  dosis 50-100 mikrogram per hari.1

Pada pasien yang hamil, dosis levotiroksin harus dinaikkan karena kadar Thyroid-Binding Globulin(TBG) yang meningkat. Peningkatan kadar TBG menurunkan jumlah obat bebas dalam plasma dan sebagian obat pindah ke janin, sehingga menurunkan efek kerjanya.2

Hipotiroidisme subklinis, yaitu peningkatan TSH dengan nilai T4 dan T3 yang normal. Pengobatan diperlukan apabila nilai TSH melebihi 10mIU/L.1

B.     Hipertiroidisme

 I. Farmakologi umum hipertiroidisme

Hipertiroidisme diobati dengan empat golongan obat, yaitu:

–          antitiroid, obat yang menghambat sintesis hormone secara langsung

–          penghambat transport iodide

–          iodium berkonsentrasi tinggi

–          iodium radioaktif

1. Antitiroid(Tioamida)

Tioamid memiliki beberapa efek menghambat sintesis tiroid. Cara kerja pertama yaitu menghambat enzim tiroid peroxidase, yang berfungsi mengubah iodide menjadi iodine.Cara kerja lainnya adalah menghalangi iodotirosin untuk berpasangan.1 Contoh tioamida adalah propiltiourasil(PTU), metimazol, dan carbimazole(gambar 1). PTU dapat menghambat deiodinasi pada jaringan perifer.2

PTU sangat cepat diserap dan mencapai konsentrasi puncaknya. PTU diabsorbsi melalui saluran pencernaan sebanyak dan memiliki bioavailbilitas sekitar 50-80%. PTU didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dan dieksresi melalui air susu ibu dan urin, melalui bentuk glukoronida.1,2 PTU memiliki waktu paruh 1,5 jam dan diberikan setiap 6-8 jam sebanyak 100 mikrogram. Pemberian dosis tersebut dapat menghambat organifikasi iodine sebanyak 60% selama 7 jam.2Metimazol diabsorpsi secara lengkap dan memiliki volume distribusi yang luas. Methimazol dieksresikan lebih lambat, yaitu 65-70% selama 48 jam.2

Efek samping dari tioamid salah satunya adalah agranulosis, yang dapat timbul karena PTU dan methimazol. Efek samping yang sering muncul adalah purpura dan popular rash, yang dapat hilang sendiri. Efek samping lainnya adalah nyeri dan kaku sendi.2

Thioamid dapat menembus plasenta, oleh karena itu fetus menerima thioamid yang dikonsumsi ibunya. Thioamid dapat menyebabkan hipotiroidisme pada janin. Namun PTU memiliki ikatan dengan protein yang lebih kuat, sehingga lebih sedikit yang beredar bebas dalam darah. Oleh karena itu PTU masih dapat digunakan ibu hamil.2

2. Inhibitor Anion

Inhibitor anion adalah golongan obat yang menghambat pompa iodide sel folikuler. Penghambatan ini menurunkan sintesis hormone tiroid. Contoh obat golongan ini adalah tiosianat, perklorat, dan fluoborat. Obat ini dapat menimbulkan goiter. Efek samping dari Natrium dan kalium perklorat adalah anemia anaplastik, demam, kelainan kulit, iritasi usus, dan agranulositosis.2

3. Iodida

Iodida merupakan obat tertua untuk terapi hipertiroidisme. Iodida menghambat organifikasi dan pelepasan hormone(Wolf-Chaikoff effect) serta menghambat vaskularisasi kelenjar tiroid.1Sediaan yang digunakan adalah natrium iodide dan kalium iodide, dengan dosis tiga kali 0,3 mL. Iodida sebaiknya tidak digunakan sendiri. Iodida akan menumpuk dalam folikel, dan setelah 2-8 minggu efek hambatannya menghilang. Hal ini menimbulkan tirotoksikosis. Iodida sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil.2

4. Iodida radioaktif

Iodida radioaktif yang sering digunakan adalah 131I, yang memiliki waktu paruh 8 hari. 131I memancarkan sinar β dan γ. Iodium radioaktif terkumpul dalam folikel. Pancaran sinarnya menghancurkan parenkim tiroid.1Dosis terapinya adalah 0,03 mikrogram. Distribusi iodide radioaktif sama dengan iodine biasa. Eksresi iodide radioaktif dipengaruhi oleh aktifitas tiroid, pada normotiroid 65%, hipotiroid 85-90%, dan pada hipertiroid 5% dieksresikan dalam 24 jam.2 Iodium radioaktif dikontraindikasikan bagi wanita hamil dan anak-anak.1,2

Indikasi pemakaian Iodida radioaktif adalah2:

–          hipertiroidisme usia lanjut

–          grave disease

–          goiter nodular toksik

–          goiter nodular non-toksik yang disertai gejala kompresi

–          karsinoma tiroid

–          alat diagnostic fungsi tiroid

II.  Tatalaksana komplikasi dan gejala hipertiroidisme 

1. Optalmopati

Pada grave disease dapat terjadi optalmopati. Tatalaksana yang dianjurkan adalah pembedahan atau 131I ditambah dengan predinison oral. Pada minggu pertama berikan predinison 60-100 mg oral perhari, setelah dapat dilanjutkan setiap hari. Apabila predinison gagal, maka dapat menggunakan sinar X.1

2. Thyroid storm

Thyroid storm adalah tirotoksikosis yang muncul tiba-tiba dengan efek yang sangat hebat. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan. Propanolol 40-60 mg oral setiap enam jam dapat mengurangi efek tirotoksikosis ke jantung. Kalium iodide sebanyak 10 tetes sehari dapat menghambat pelepasan hormone tiroid, sedangkan pamberian PTU 250 mg setiap 6 jam dapat menghambat sintesis hormon.1

Daftar Pustaka

  1. Katzung BG, et.al. Thyroid and Antithyroid Drugs, In: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and Clinical Pharmacology. United states: McGraw Hill. 11th ed.[ebook]
  2. Suherman SK, Elysabeth. Bab 27: Hormon Tiroid dan Antitiroid, dalam: Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 5th ed. p.439-45

Originally posted 2016-10-22 22:20:46.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: