Lisosomal Storage Disease
Posted on: 7 September 2023, by : admin

Apa itu lisosom?
Lisosom adalah sebuah organel sel berbentuk bola yang berfungsi sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler (enzim hidrolise). Organel ini hanya ditemukan pada hewan. Lisosom mencerna organel berlebih, organel yang sudah usang atau rusak, partikel makanan serta menelan virus atau bakteri. Membran di sekitar lisosom memungkinkan enzim pencernaan bekerja pada pH 4,5 yang mereka butuhkan. Membran lisosom dan enzim hidrolisis dibentuk di retikulum endoplasma kasar yang kemudian diproses lagi di aparatus golgi. Karena peran mereka dalam autolysis, organel ini dijuluki sebagai kantong bunuh diri. Ada dua jenis lisosom, yaitu :

a. Lisosom primer : lisosom yang baru terbentuk dari badan golgi dan belum bergabung dengan materi yang akan dicerna.
b. Lisosom sekunder: lisosom yang merupakan gabungan antara lisosom primer dengan fasosom dan autosom, juga merupakan vakuola yang berisi materi yang tidak tercerna.

Bagaimana lisosom bekerja dalam sel?
Proses pencernaan yang dilakukan lisosom meliputi proses sebagai berikut :
1. Pencernaan materi ekstrasel. Pada proses pencernaan materi ekstrasel, lisosom mencerna benda-benda asing yang tidak diinginkan yang berada di luar sel seperti bakteri dan lain-lain.
2. Pencernaan organel intrasel, yang bertujuan untuk memusnahkan organel yang sudah tua, misalnya mitokondria, sehingga dapat digantikan oleh organel yang masih baru.
Materi ekstrasel yang akan dicerna oleh lisosom dibawa masuk melalui mekanisme endositosis, yaitu ambilan sel bahan dari lingkungan oleh invaginasi membran plasma yang meliputi:
1. Fagositosis, yaitu proses menelan mikoroorganisme atau benda asing lain oleh fagosit, di mana benda asing akan terperangkap dalam fagosom untuk selanjutnya dicerna oleh lisosom sekunder.
2. Pinositosis, yaitu mekanisme yang digunakan sel untuk mencerna cairan ekstraselular dan isinya; meknaisme ini meliputi pembentukan invaginasi oleh membran sel, yang menutup dan terlepas sehingga terbentuk vakuola berisi cairan dalam sitoplasma.

Apa itu LSD
Lysosomal Storage Disorder merupakan kelainan genetik yang mengakibatkan ribosom tidak mensintesis enzim-enzim hidrolitik tertentu untuk digunakan oleh lisosom dalam tugasnya sebagai organel pencernaan. Akibatnya, materi yang seharusnya dicerna menjadi menumpuk oleh karena ketiadaan enzim-enzim tersebut. Penumpukan organel akhirnya menyebabkan kelainan-kelainan tertentu pada tubuh manusia, yang dapat dikenali dari tanda-tanda tertentu (Red Flag). Penyakit ini merupakan jenis penyakit yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya dan kebanyakan terpaut pada autosom resesif. Selain itu, ada beberapa kemungkinan lain yang menyebabkan penyakit ini, yaitu :
a. Sintesis protein tertentu yang menginaktifkan enzim normal pada lisosom.
b. Kesalahan proses transisionalgagalnya penempelan terminal mannose-6-fosfat yang menyebabkan protein enzim tidak dibawa ke lisosom.
c. Kurangnya protein protector.
d. Kurangnya protein activator substrate.
e. Kurangnya protein transport yang menyekresi hasil penguraian lisosom ke sitosol.

Bagaimana LSD dikategorikan
LSD dikategorikan berdasarkan jumlah enzim yang tidak terdapat dalam lisosom dan jenis substrat yang terakumulasi dalam lisosom itu sendiri. Ada delapan sub kategori LSD, yaitu :
1. Kerusakan metabolisme glukosaminoglikans (biasa disebut Mukopolisakaridosis), yang meliputi: MPS I , MPS II, MPS III, MPS IV, MPS VI, MPS VII.
2. Kerusakan degradasi glikan dari glikoprotein, yang meliputi: Aspartylglucosaminuria, fucosidosis, type I, fucosidosis, type II, mannosidosis, sialidosis, tipe I, sialidosis, tipe II.
3. Kerusakan degradasi glikogen, yang meliputi Pompe Disease, akibat penumpukan asam alpha glukosidase.
4. Kerusakan degradasi komponen sphingolipid, yang meliputi: acid sphingomyelinase deficiency, Fabry disease, Farber disease, Gaucher disease tipe I, Gaucher disease tipe II dan Gaucher disease tipe III, GM1 gangliosidosis tipe I, GM1 gangliosidosis tipe II, GM1 gangliosidosis tipe II, Tay-Sachs disease tipe I, Tay-Sachs disease tipe II, Tay-Sachs disease tipe III , Sandhoff disease, Krabbé disease, metachromatic leukodystrophy tipe I, metachromatic leukodystrophy tipe II, metachromatic leukodystrophy tipe III.
5. Kerusakan degradasi polipeptida yang meliputi pycnodysostosis, yaitu gangguan resorpsi tulang akibat defisiensi cathepsin-K.
6. Kerusakan degradasi atau transport kolesterol, ester-kolesterol, atau lipid kompleks lainnya, yang meliputi: Neuronal ceroid lipofuscinosis type I, Neuronal ceroid lipofuscinosis type II, Neuronal ceroid lipofuscinosis type III, Neuronal ceroid lipofuscinosis type IV.
7. Defisiensi multipel enzim lisosom, seperti Galaktosialidosis, Mukolipidosis type II,Mukolipidosis type III.
8. Kerusakan transport dan pertukaran, yang meliputi: Cystinosis, Mukolipidosis IV, Infantile Siacid Storage Disease, Salla Disease.

Apa Red Flag Symtoms pada LSD?
Sebenarnya LSD tidak memiliki gejala yang cukup spesifik dan memiliki kesamaan dengan penyakit lain. Namun, LSD dapat dikatakan positif jika telah memasuki gejala Red Flag yang berupa :
• Bentuk wajah yang tidak lazim (kadangkala disertai dengan lidah yang membesar)
• . Mata yang terlihat keruh/suram
• Ruam kulit biru-ungu
• Perut membesar/ terlihat menonjol (yang disebabkan oleh pembengkakan organ)
• Tubuh pendek, sukar untuk tumbuh/ berkembang , deformitas rangka
• Otot lemah, kemunduran dalam kemampuan motorik

Bagaimana patofisiologi gejalanya?

Kelainan ini bisa dilihat dari gejala-gejala fisik:
a. Splenomegali: pembesaran organ limpa akibat menumpuknya materi yang tidak terurai dalam sel-sel limpa.
b. Gangguan penglihatan: kornea penderita keruh mirip seperti katarak.
c. Kebutaan: karena kerusakan saraf mata.
d. Hepatomegali: pembengkakan pada bagian hati (liver) sehingga darah tidak dapat dirombak dan penyimpanan glikogen terganggu.
e. Hidrosefalus: bertumpuknya cairan di dalam otak, sehingga bisa menyebabkan sakit kepala bahkan kerusakan otak permanen.
f. Umbilical hernia: bagian organ dalam abdomen (biasanya usus halus) menonjol keluar di sekitar pusar.
g. Dysostosis multiplex: perubahan tulang secara menyeluruh sehingga postur tubuh tidak normal (skoliosis)

Bagaimana prinsip pengobatan pada LSD ?
Karena LSD merupakan penyakit yang diwariskan secara genetika, baik terpaut autosom maupun gonosom, membuat penyakit ini sukar untuk dihilangkan sama sekali. Yang bisa dilakukan adalah penanganan pasca symptom agar LSD tidak berkembang semakin parah. Pada prinsipnya ada tiga cara pengobatan yang bisa dilakukan pada penderita LSD, yaitu untuk mengurangi gejala yang timbul, terapi gen dan skrining, dan terapi psikologis.
a. Transplantasi hematopoietic stem sel : sel dari orang yang sehat ditransplantasikan ke tubuh penderita LSD (umumnya sel bome marrow) melalui intravena penderita. Cara ini bisa menimbulkan komplikasi berupa penolakan dari sistem imun tubuh penderita.
b. Terapi penggantian enzim (ERT): memasukkan enzim yang hilang (dalam lisosom) langsung ke aliran darah penderita sehingga materi buangan bisa diproses. Cara ini harus dilakukan seumur hidup penderita.
c. Terapi gen merupakan usaha untuk menambahkan gen yang fungsional kepada gen yang mengalami mutasi agar sel kembali berfungsi secara normal. Penambahan ini harus disertai dengan pengenalan gen terlebih dahulu kepada sel yang akan diberikan gen tersebut. Gen yang akan ditambahkan dibawa oleh vektor, kebanyakan berupa virus. Gen tersebut akan dibawa ke otak dan organ-organ lainnya untuk dikenali.

LSD juga berakibat pada gangguan mental dan emosional, sehingga butuh dilakukan konsultasi psikologis. Tenaga profesional akan bisa membantu memberikan konseling untuk mengatasi masalah LSD dengan perubahan gaya hidup yang dibutuhkan oleh penderita.

Originally posted 2016-10-22 06:04:11.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: