Spermatogenesis dan Oogenesis
Posted on: 1 Juli 2023, by : admin

Gametogenesis adalah perkembangan sel kelamin jantan dan betina, atau gamet. Sedangkan gamet adalah sel reproduksi haploid (oosit atau spermatozoa) yang penyatuannya diperlukan dalam reproduksi seksual untuk mengawali perkembangan individu baru.1 Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni metode khusus pembelahan sel, terjadi pada maturasi sel kelamin, dengan cara setiap inti sel anak menerima separuh jumlah sifat kromosom sel somatik spesiesnya.1 Beberapa dari tahap-tahap meiosis sangat menyerupai tahap-tahap terkait yang terdapat pada mitosis. 2 Meiosis, seperti halnya mitosis didahului oleh replikasi kromosom. Namun, replikasi tunggal ini diikuti oleh dua pembelahan sel yang berurutan yang disebut meiosis I dan meiosis II. Pembelahan ini menghasilkan empat sel anak, masing-masing hanya mempunyai setengah dari jumlah kromosom sel induk.

  1. Interfase I

Meiosis didahului oleh interfase yang mana selama fase ini setiap kromosom bereplikasi. Untuk setiap kromosom hasilnya adalah dua kromatid saudara yang identik secara genetik yang tetap melekat pada sentromernya. Pada fase ini sentrosom juga bereplikasi menjadi dua. 2

  1. Meiosis I
  2. Profase I

Kromosom mulai memadat. Kromosom homolog yang masing-masing tersusun dari dua kromatid saudara berpasangan membentuk tetrad. Pada banyak tempat di sepanjang tubuhnya, kromatid kromosom homolog saling menyilang yang dinamakan kiasmata (tunggal, kiasma). Kiasmata berfungsi untuk mengikat kromosom agar tetap bersama. Sementara itu, komponen seluler lainnya mempersiapkan pembelahan nukleus, sentrosom bergerak saling menjauhi dan gelendong mikrotubula terbentuk di antaranya. Selubung nukleus dan nukleoli menyebar. Akhirnya gelendong mikrotubula menangkap kinetokor yang terbentuk pada kromosom dan kromosom mulai bergerak ke pelat metafase. 2

  1. Metafase I

Pasangan kromosom homolog tersusun pada pelat metafase. Mikrotubula kinetokor dari satu kutub sel melekat pada satu kromosom masing-masing pasangan, sementara itu mikrotubula dari kutub yang berlawanan menempel pada homolognya.2

  1. Anafase I

Alat gelendong menggerakkan kromosom ke arah kutub. Kromatid saudara tetap terikat pada sentromernya dan bergerak ke arah kutub yang sama. Kromosom homolog bergerak ke arah kutub yang berlawanan.2

  1. Telofase I dan Sitokinesis

Aparatus gelendong terus memisahkan pasangan kromosom homolog sampai kromosom mencapai kutub sel. Setiap kutub mempunyai satu set kromosom haploid tetapi setiap kromosom memiliki dua kromatid saudara. Biasanya sitokinesis (pembelahan sitoplasma) terjadi secara simultan dengan telofase I, membentuk dua sel anak.2

  1. Meiosis II
  2. Profase II

Aparatus gelendong terbentuk dan kromosom berkembang ke arah pelat metafase II.2

  1. Metafase II

Kromosom ditempatkan pada pelat metafase dengan cara seperti mitosis, dengan kinetokor kromatid saudara dari masing-masing kromosom menunjuk ke arah yang berlawanan.2

  1. Anafase II

Sentromer kromatid saudara berpisah dan kromatid saudara dari masing-masing pasangan bergerak ke arah kutub sel yang berlawanan. 2

  1. Telofase II dan Sitokinesis

Nuklei terbentuk pada kutub sel yang berlawanan dan terjadi sitokinesis. Pada akhir sitokinesis terdapat 4 sel anak dengan kromosom haploid.2

Spermatozoa

Terdapat dua macam gametogenesis yakni spermatogenesis (proses pembentukan spermatozoa) dan oogenesis (proses terbentuknya sel telur/ovum di dalam ovarium).3

Spermatozoa berasal dari sel primordial yang diploid yang disebut spermatosit primer. Setelah mengalami pembelahan meiosis I, maka jumlah kromosom dibagi dan spermatosit sekunder. Bila pembelahan meiosis II yang berlangsung sebagai pembelahan selesai, maka terbentuklah 4 sel spermatid yang masing-masing haploid. Selanjutnya spermatid akan berkembang menjadi sepematozoa. 3

Oogenesis


Seperti halnya dengan spermatozoa, sel telur berasal dari sel primordial diploid, disebut oosit primer.3

Disusun oleh Lyriestrata Anisa

DAFTAR PUSTAKA

1 Dorland. Kamus Kedokteran Dorland. Philadelphia: W. B. Saunders Company; 2000. p. 894: 1309

2 Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. 5th ed. Jakarta : Erlangga; 2000. p. 247-53

3 Suryo. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2005. p. 64-72

Originally posted 2016-10-23 12:50:31.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: