A. Anatomi Prostat Normal
Prostat adalah jaringan fibromuskular yang mengelilingi uretra pars prostatika dan terletak di bawah vesika urinaria. Volume prostat normalnya sekitar 20 mL. Pembagian zona prostat menurut McNeal adalah1:
– zona peripheral(70% volume)
– zona transisional(5% volume)
– zona sentral(25% volume)

B. Pertumbuhan prostat
Pertumbuhan prostat normalnya distimulasi terutama oleh testosterone. Testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron yang berfungsi merangsang reseptor inti sel prostat untuk meningkatkan sintesis protein.2.
C. Benign Prostat Hiperplasia
BPH merupakan pembesaran prostat akibat proses pertumbuhan prostat normal. Karena itu seiring pertambahan usia prostat dapat menjadi terlalu besar dan menimbulkan BPH. Prevalensi BPH adalah 50% usia di atas 60 tahun, 90% usia di atas 85 tahun, dan 90% usia di atas 90 tahun3.
Gejala dari BPH dapat dibagi dua, yaitu4:
- Gejala berkemih(obstruktif), yaitu pancaran urin lemah, buang air kecil lama, pengsosongan kandung kemih tidak sempurna, retensi urin.
- Gejala penyimpanan urin(iritatif), yaitu urgensi, frekuensi meningkat, nokturia, inkontinen.
Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis pertama kali adalah melalui anamnesis. Selain gejala di atas dapat juga ditemukan riwayat berikut4:
- Operasi / trauma / batu sal kemih
- Penyakit menular seksual
- Penyakit susunan syaraf pusat
- DM
- Disfungsi ereksi
- Pemakaian obat yang mempengaruhi otot detrusor
- ISK, hematuria, retensio urin
Dalam anamnesis juga dapat menggunakan table International Prostate Symptom Score. Skor 0-7 ringan, 8-19 sedang, dan 20-35 berat4.

Pemeriksaan fisik untuk menentukan adanya pembesaran prostat adalah dengan colok dubur. Diraba apakah ada pembesaran, nodul, atau rasa sakit. Pemeriksaan laboraturium terutama dengan mencari prostat specific antigen dan urinalisis. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan dokter spesialis urologi:
- Uroflowmetry, dihitung volume BAK, pancaran maksimum (Q max), pancaran rata-rata (Q ave), dan lama pancaran.
- Post Voiding Residual urine, yaitu menentukan berapa sisa urin dalam kandung kemih setelah mikturisi. Normalnya urin residu sekitar 0.09 sampai 2.24 mL. Cara pengukuran PVR dapat invasive(kateter) atau non invasive(USG). Birch dkk. (1988) melaporkan berdasarkan pengamatan 30 orang yang mengalami BPH, 66% dari sampel memiliki tiga hasil PVRnya dalam sehari dengan variasi yang luas, sedangkan 34 % sisanya tidak. Tetapi Jensen dkk(1988) melaporkan dalam penelitiannya bahwa PVR merupakan tes yang paling akurat nomor dua dalam memprediksi BPH. Semakin tinggi PVR diperkirakan BPH semakin besar2.
- Urodynamic , dipertimbangkan usia muda (< 50 tahun), usia lanjut (> 80 tahun), PVR > 300 ml, Q max > 15 ml/dt , kecurigaan kelainan neurologi pada buli. Tujuan pemeriksaan urodinamik adalah mendeteksi adanya detrusor overactivity, menilai kemampuan urethra selama fase pengisian, menentukan fungsi otot detrusor selama fase pengosongan, menilai fungsi bladder outlet selama fase pengosongan, dan mengukur sisa urin (residu urin)4.
- Trans Rektal Uretrosistokopi(TRUS), yaitu memasukkan endoskopi ke prostat melalui rectum. Tes ini direkomendasikan untuk pasien dengan riwayat hematuria, striktur uretra, kanker kandung kemih, atau pasca operasi saluran kemih bawah4.
- Pencitraan dengan USG atau IVU
2. Tatalaksana Benign Prostate Hiperplasia(BPH)
Tatalaksana BPH terdiri dari, watchful waiting, farmakologis, minimal invasive dan pembedahan.
a. Watchful waiting
Watchful waiting dilakukan apabila
- IPSS < 8
- Residual urine < 50 cc
- Q max > 15 cc/ sec
- Volume prostat < 20 cc
b. Terapi farmakologis
Kandung kemih dan prostat pria memiliki reseptor alfa 1-adrenoreseptor. Pemblokiran terhadap reseptor ini menyebabkan relaksasi otot polos kandung kemih dan prostat, sehingga memungkinkan urin untuk mengalir. Jenis obat bisa dilihat pada table 1. Obat yang selektif terhadap reseptor alfa-1 memiliki efek samping yang lebih ringan, antara lain hipotensi ortostatik, sakit kepala, pusing, lelah, dan rhinitis(radang membrane mukosa hidung)1.
Terapi farmakologis lainnya yaitu dengan 5α reductase inhibitor. Cara kerja obat golongan ini adalah dengan memblok perubahan testosterone menjadi dehidrotestosteron. Pemberian obat ini selama enam bulan terbukti mengurangi ukuran prostat sebesar 20% serta gejala lainnya. Contoh obatnya adalah Finastride. Efek samping finastride adalah menurunkan libido,impotensi, serta menurunkan volume ejakulasi. Obat lainnya adalah dutasteride, efek sampingnya sama dengan finastride kecuali ginekomastia1.
c. Terapi minimal invasif
Terapi minimal invasive terdiri dari TransUrethral Microwave Thermotherapy (TUMT) , Transurethral needle ablation (TUNA), dan High-intensity focused ultrasound (HIFU) 3.
d. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan yang merupakan gold standart adalah Trans Uretral Resesction of Prostate(TURP), terapi ini memiliki nilai keberhasilan 95%. Teknik lainnya adalah Transurethral Incision of the Prostate (TUIP), Transurethral laser surgery , dan Surgical “open” prostatectomy 3.
Indikasi pembedahan adalah3:
- retensi urin kronik
- Gross hematuria
- Complicated UTI
- batu kandung kemih
- penurunan fungsi ginjal
- divertikulum besar
- kegagalan terapi medis
- penonjolan prostat ke intravesikal > 1.5 cc
Daftar Pustaka
- Tanagho EA, McAnnich JW. 2008. Smith’s General Urology. San Fransisco: McGraw Hill. 17th ed. 348-54
- Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters CA. 2008. Campbell’s Urology. Philadelphia: Saunders. 9th ed.
- Rodjani A. 2011. Slide Kuliah Modul Ginjal dan Cairan Tubuh 2010-2011: Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak. FKUI: Jakarta
- Rodjani A. 2011. Slide Kuliah Modul Ginjal dan Cairan Tubuh 2010-2011: Benign Prostate Hyperplasia: Pathophysiology, Diagnosis & Treatment. FKUI: Jakarta
Originally posted 2016-10-22 14:52:45.