Sianida (CN) merupakan racun yang bersifat sangat toksik. Dalam takaran kecil, garam sianida dapat menimbulkan kematian. Sumber dari sianida dapat berupa asam sianida (HCN), NaCN, KCN, AgCN atau cyanogen (C2N2). Asam sianida merupakan cairan jernih yang bersifat asam, larut dalam air, mempunyai titik didih 26.5⁰C sehingga mudah menguap dalam suhu ruangan. Asam sianida ini terkenal degan aromanya yang khas seperti almond. NaCN dan KCN dipakai dalam proses pengerasan besi dan baja, penyepuhan emas dan perak serta dalam fotografi. Penggunaan gas sianida untuk membunuh dulu pernah dipraktekan oleh tentara Nazi.
Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan kulit. Garam sianida cepat diserap melalui saluran pencernaan sedangkan cyanogen dan uap asam sianida diabsorpsi melalui pernapasan. Asam sianida yang berbentuk cair juga cepat diabsorpsi melalui kulit.
Dosis toksik peroral HCN berkisar antara 60-90 mg sedangkan KCN atau NaCN adalah 200 mg. Sementara itu, dalam bentuk gas, dosis toksik tergantung pada kadar gas serta lamanya inhalasi.
- Kadar 20 ppm : gejala ringan timbul setelah beberapa jam
- Kadar 100 ppm : Sangat berbahaya dalam 1 jam
- Kadar 200-400 ppm : meninggal dalam 30 menit
- Kadar 2000 ppm : meninggal seketika
Setelah diabsorpsi, sianida akan masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak dapat berikatan dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin membentuk sianmethemoglobin. Di dalam tubuh, sianida akan menonaktifkan beberapa enzim oksidatif di seluruh jaringan, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa oleh darah.
Hambatan terhadap sitokrom oksidase menyebabkan proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksi-Hb tidak dapat berdisosiasi melepaskan oksigen ke sel jaringan sehingga timbul anoksia jaringan. Korban meninggal karena hipoksia sel (kekurangan oksigen) padahal di dalam darahnya kaya dengan oksigen.
Garam sianida akan menjadi berbahaya setelah berkontak dengan asam membentuk gas asam sianida. Perlu diingat bahwa di dalam lambung manusia terdapat asam. Oleh karena itu, pada saat lambung kosong, garam sianida yang tertelan akan segera berkontak dengan asam lambung menjadi asam sianida sehingga kematian dapat terjadi secara cepat. Sementara itu, jika lambung penuh (makanan), dapat terjadi penundaan beberapa menit hingga jam.
Gejala dari keracunan sianida sesuai dengan cara masuknya sianida ke dalam tubuh. Beberapa di antaranya adalah rasa terbakar di kerongkongan dan lidah, sesak napas, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, pusing berputar, fotofobi (sensitif cahaya), telinga berdenging (tinitus), pusing dan kelelahan. Wajah nampak sianosis, keluar busa dari mulut, nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat dan kadang tidak teratur, pupil dilatasi dan refleks cahaya melambat, udara pernapasan atau muntahan berbau seperti almond. Sianosis akan semakin jelas, kemudian timbul kedut otot serta kejang-kejang dengan inkontinensia urin (mengompol) dan alvi (keluar feses secara tidak sadar). Karena darah vena korban mengandung banyak oksigen, lebam mayat berwarna merah terang, meskipun ditemukan pula kasus kematian akibat sianida dengan warna lebam mayat berwarna biru kemerahan.
Referensi:
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik: Keracunan Sianida. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997. P. 95-9.
Di Maio VJ, Di Maio D. Forensic Pathology: Asphyxia. 2nd ed. Florida: CRC Press; 2001. P.270-2
Originally posted 2016-10-21 10:13:54.